14 Januari 2020
Realita Hamil Duluan dari Dua Garis Biru
9 Februari 2018
Tersihir Rindu SMA bareng Dilan,1990
Eh jangan sedih, sini dengerin lagu ini dulu
Saat trailer Dilan 1990 keluar, adegan-adegan gombalan bikin geli perut. Tapi kemudian mikir "wah si Iqbal kayanya bagus nih.Kalau dia bagus bisa jadi ini debut film pertamanya yang bakal sukses nganter dia di layar lebar", gitu. Berbekal kontoversi diawal pengumuman para cast, ditambah trailer gombal, dan beberapa acungan jempol. Semakin gregetlah hati ini untuk nonton Dilan 1990.
Saya adalah satu dari sekian yang terhibur dengan film ini. Dilan 1990 adalah cinta ala SMA yang sederhana, gombal, dan lugu. Cinta jaman SMA memang begitu, kita tak perlu alasan bertele-tele tentang kecocokan tanggal lahir, kecocokan ekonomi, kelas sosial, dan lain-lain. Cinta kala itu adalah "wah dia cakep, gebet ah". Cinta yang dibawakan manis oleh kedua pemerannya. Selamat Pidi Baiq yang telah memilih Iqbal secara langsung, insting dan riset yang keren.
Film ini bukannya tanpa celah. Saya kurang terbawa suasana dengan soundtrack yang mengiringi film sepanjang waktu. Ntah karena hanya fokus pada alur cerita, atau memang lagu-lagunya tidak singgah ke hati. Dan jangan berharap plot twisted merana dalam kisah cinta ini, karena sungguh ini cuma cerita cinta SMA biasa. Kalaupun ada konflik ya konflik receh, cemburu remaja, atau bertengkar karena hal sepele (bagi saya, dengan kacamata usia 20-sekian). Selebihnya, Dilan 1990 pantas ditonton oleh siapa saja, terutama tante-tante dan mbak-mbak macam saya, yang sudah mulai kekeringan api cinta. Akhirnya, selamat menonton!!
Penilaian 9/10
(iya 9, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan)
2 November 2017
Deretan Kasus Pembunuhan dalam Criminal Minds
28 Mei 2017
Lupa Bersyukur
Barangkali sering terjadi. Dimana dalam suatu hari dalam seminggu tiba-tiba mood berantakan. Tidak ada senyum dan musik di pagi hari, tidak ada sapa hangat dengan anggota keluarga, dan tidak ada tawa dalam rumah. Kemudian memutuskan menghabiskan hari dalam bilik kamar yang gelap, tanpa melakukan apa-apa. Hanya coba memaknai hampa.
Saya sering melakukan hal diatas, berkali-kali. Bahkan terkadang menjauhkan diri dari keluarga berminggu-minggu. Alasannya klise: sedang sedih, saya tidak bahagia. Sedih tanpa sebab, oh..tidak bisa dikatakan begini juga karna saya toh sudah sering tahu ujung perkaranya. Hanya diri sendiri suka menepis alasan yang satu ini, yakni kurang bersyukur.
Ketidakbahagiaan yang sering menjatuhkan mental ternyata muncul dari diri sendiri. So pathetic. Kurang besyukur menyebabkan diri saya mengutuk hal-hal yang terjadi belakangan ini, tentang terlambat lulus kuliah, tentang pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang kuliah, tentang hidup yang menurut saya begini-begini saja. Tidak bersyukur menyebabkan saya nelangsa menjalani hari sebagai perempuan pekerja. Padahal, di tempat kerja itu saya banyak sekali dibuat tertawa, banyak sekali bertemu orang baru dan mendapat banyak ilmu baru. Tapi saya tidak juga bersyukur sesampainya dirumah. Kalau saya sendiri malu dengan profesi mulia ini, lantas siapa lagi yang akan bangga?
Ketidakbersyukuran ini kemudian mulai mengutuk diri sendiri karna terlambat lulus, menyesali keputusan yang dibuat dengan sadar oleh saya sendiri. Saya mulai kebiasaan buruk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dan hal ini semakin membuat sedih.
Tidak bersyukur menjadikan saya pribadi yang mengeluh sepanjang hari. Selalu melongok keatas, lupa daratan. Padahal kalau dipikir-pikir, berapa banyak orang yang berdoa agar diberi posisi seperti yang sudah saya pijak hari ini. Berapa banyak orang yang menangis ingin melanjutkan kuliah lagi. Dan berapa orang yang harus kerja lembur untuk mendapat uang yang tak seberapa. Jadi, sampai kapan akan terus bertengkar dengan diri sendiri?