28 Mei 2017

Lupa Bersyukur

Barangkali sering terjadi. Dimana dalam suatu hari dalam seminggu tiba-tiba mood berantakan. Tidak ada senyum dan musik di pagi hari, tidak ada sapa hangat dengan anggota keluarga, dan tidak ada tawa dalam rumah. Kemudian memutuskan menghabiskan hari dalam bilik kamar yang gelap, tanpa melakukan apa-apa. Hanya coba memaknai hampa.

Saya sering melakukan hal diatas, berkali-kali. Bahkan terkadang menjauhkan diri dari keluarga berminggu-minggu. Alasannya klise: sedang sedih, saya tidak bahagia. Sedih tanpa sebab, oh..tidak bisa dikatakan begini juga karna saya toh sudah sering tahu ujung perkaranya. Hanya diri sendiri suka menepis alasan yang satu ini, yakni kurang bersyukur.

Ketidakbahagiaan yang sering menjatuhkan mental ternyata muncul dari diri sendiri. So pathetic. Kurang besyukur menyebabkan diri saya mengutuk hal-hal yang terjadi belakangan ini, tentang terlambat lulus kuliah, tentang pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang kuliah, tentang hidup yang menurut saya begini-begini saja. Tidak bersyukur menyebabkan saya nelangsa menjalani hari sebagai perempuan pekerja. Padahal, di tempat kerja itu saya banyak sekali dibuat tertawa, banyak sekali bertemu orang baru dan mendapat banyak ilmu baru. Tapi saya tidak juga bersyukur sesampainya dirumah. Kalau saya sendiri malu dengan profesi mulia ini, lantas siapa lagi yang akan bangga?

Ketidakbersyukuran ini kemudian mulai mengutuk diri sendiri karna terlambat lulus, menyesali keputusan yang dibuat dengan sadar oleh saya sendiri. Saya mulai kebiasaan buruk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dan hal ini semakin membuat sedih.

Tidak bersyukur menjadikan saya pribadi yang mengeluh sepanjang hari. Selalu melongok keatas, lupa daratan. Padahal kalau dipikir-pikir, berapa banyak orang yang berdoa agar diberi posisi seperti yang sudah saya pijak hari ini. Berapa banyak orang yang menangis ingin melanjutkan kuliah lagi. Dan berapa orang yang harus kerja lembur untuk mendapat uang yang tak seberapa. Jadi, sampai kapan akan terus bertengkar dengan diri sendiri?

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall