9 Februari 2017

Mama

Hari kedua dalam #PosCintaTribu7e ini aku kehabisan ide untuk siapa kutujukan surat ini. Setelah seharian menjaga adik keduaku, yang baru berusia dua tahun, aku kelelehan.

Ah benar saja, ibuku. Sosok yang sore ini sedang sibuk merangkai bunga dari bungkus buah pir. Sosok 44 tahun yang biasa ku panggil dengan sebutan "mah". Umur dan jarak ternyata adalah berandal cilik diantara kita. Bertambahnya umurku dan umurmu berhasil menciptakan jengkal dengan sebutan kesibukan yang juntrungnya membuat kita jarang sekali berbicara, berdua. Jauh dari ingatanku saat dulu, seumur sd-smp, dimana aku akan dengan detail menceritakan semua petualanganku seharian. Umurku yang menua menenggelamkanku dalam kesibukan-kesibukan ditempat kuliah, ditempat kerja, pun ditempat kongkow yang tak mungkin ku tolak karna aku butuh melepas penat dengan yang sebaya.
Jarak memisahkan kita dari yang tadinya seatap, untuk kemudian aku harus berkendara hanya untuk menengok apakah engkau baik-baik saja. Kau tau, berapa tetes air mata yang aku habiskan bermalam-malam ditempat baru karna aku kehilangan kenyamananmu? Aku bahkan tidak dapat terlelap di malam hari karna merindukanmu, merindukan rumah. Setelah meninggalkan rumah, barulah aku tau, bahwa hidangan sarapan yang telah kau siapkan setiap jam enam pagi adalah kenikmatan. Sehingga aku tak perlu susah-susah memasak sembari bergegas menjalani hari.
Kau tau, aku adalah perempuan pertama yang menyayangimu di barisan terdepan walau kadang aku tak datang ke rumah saat kau meneleponku untuk memintaku datang. Aku adalah perempuan yang bersyukur belakangan, karna dilahirkan dari rahim ibu yang dulu mengomeliku karna tak patuh berangkat mengaji, berangkat les menari, berangkat les berenang, belajar ini-itu. Belakangan aku bersyukur memiliki banyak bekal yang ternyata hari ini sangat berguna.
Aku bersyukur, kau tau.
Jadi berhentilah menangis ditengah malam, aku baik-baik saja. Sungguh baik-baik saja.
Love you, mah.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall