21 November 2016

Tresno Jalaran Soko Kulino dalam "Personal Taste"

Related image
pict: google


Saya senang menonton serial. Bisa dikatakan, saya adalah satu dari banyak orang yang memutuskan untuk menghabiskan malam panjang dengan serial korea dalam genggaman tangan. Ya, saya salah satu penikmat drama korea walaupun sampai saat ini saya tidak tahu-menahu tentang segala aktor dan aktrisnya. Saya hanya perempuan yang terjaga dimalam hari dan...menikmati alur dari serial korea itu sendiri. 
**
Lucu sekali saya baru menuliskan review serial ini enam tahun setelah launching episode pertamanya pada 31 Maret 2010. Serial yang terdiri dari 16 episode ini saya hatamkan dalam dua hari saja. Hal pertama yang terlintas untuk menonton serial ini adalah hadirnya Lee Min Ho sebagai aktor utama. Saya kepincut sejak perannnya dalam Boys Before Flower. Ya dari beberapa aktor korea saya hanya dapat mengenali tiga orang saja, Lee Min Ho; Song Joong Ki; Lee Kwang So. Bagi saya, Lee Min Ho berperan sebagai Jeon Jin Ho sukses besar memerankan pria gedongan yang sayang ibu dalam serial ini. Dia, seperti biasanya, berakting sebagai pria cool alih-alih sebagai pria dewasa (saya googling bahwa dalam novelnya si Jin Ho adalah sosok pria dewasa). Sedangkan Son Ye Jin yang berperan sebagai Park Kae In mampu membawakan peran wanita ceroboh baik hati yang patah hati.
Personal Taste diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Sayangnya saya tidak bisa membandingkan antara serial dan novelnya karena memang sampai saat ini belum membaca novelnya. Dari segi rating serialnya ternyata cukup tinggi, mampu mencapai 7,7 di IMDb. Film ini, seperti kebanyakan serial korea, bercerita tentang cinta segiempat yang melelahkan. Saya sudah bisa menebak-nebak kisah cinta antar aktor dan aktrisnya di episode ketiga.
Yang menyenangkan dalam film ini adalah scene memasak, hidangan makan, dan sedikit perkenalan maskot wisata (Jeju Island). Saya senang sekali menonton adegan memasak dan hidangan makan dari negara-negara Asia. Satu lagi, syukurlah film ini tidak banyak menampilkan adegan gontok-gontokan merebutkan saham dan kedudukan perusahaan. Saya pribadi sangat malas mengikuti serial perebutan kekuasaan perusahaan karena bikin emosi.
**
Cerita diawali dengan patah hatinya Kae In, si gadis lugu-ceroboh-dan baik hati, yang ditinggalkan kekasihnya. Tak tanggung-tanggung, mantan kekasihnya itu ternyata menikahi sahabat Kae In yang telah mengenalnya selama 10 tahun. Pertemuannya dengan Jin Ho, si arsitek profesional, berawal dari hutang-piutang diantara keduanya, Jin Ho saat itu berkepentingan untuk mencari inspirasi dari rumah tradisional (sanggojae) rancangan ayah Kae In yang merupakan arsitek ternama. Jin Ho berhasil menyewa salah satu kamar dalam rumah Kae In berbekal identitas dirinya adalah seorang Gay. 
Cerita ini benar-benar seperti kata pepatah jawa, bahwa cinta itu jalaran soko kulino (cinta karena terbiasa bersama). Kae In yang ramah, ceroboh dan tulus pada akhirnya membuat Jin Ho jatuh cinta. Hal ini disadari saat Kae In meminta Jin Ho mengajarinya menjadi seorang wanita tulen untuk membalaskan sakit hati kepada mantan kekasihnya. Alih-alih belajar, mereka malah semakin saling mencintai.
**
Walaupun kebanyakan serial korea mengisahkan tema cinta yang sama, saya tidak pernah bosan menonton lagi dan lagi. Cerita cinta Asia adalah hal yang unik, selalu menampilkan proses yang rumit dan lucu. Begitu pula serial ini, saya terbahak-bahak di tengah malam pun sedih saat konflik mencapai klimaks. Serial ini layak ditonton bagi kalian yang lelah dengan serial korea yang menceritakan kehidupan pertengkaran antar keluarga dalam memperebutkan posisi dalam perusahaan. Selamat menonton :)

“Love does not ask you to discard your pride, it’s about protecting a person. Don’t do this in the future. Don’t believe people so easily. Don’t fall in love so easily. Don’t forgive easily either. Please… become stronger.” – Jin Ho

Penilaian: 7/10

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall