27 September 2016

Kesiapan Saja Tidak Cukup

Ternyata cinta saja tidak cukup membawa saya ke pelaminan. Diusia yang baru lepas dari masa mehek-mehek baper cinta monyet menengah atas, saya sudah memikirkan pernikahan. Saat mulai mengenal cinta saya dibangku kuliah tepatnya. Saat itu saya tau, lelaki yang saat sakit manjanya minta ampun ini adalah sosok pekerja keras, dikaruniai kepala yang cemerlang, dan entah bagaimana caranya dapat membawa saya tumbuh dalam dekapannya. Maka sudah pasti,saya akan bilang iya saat dia dan keluarganya masuk pelataran rumah saya.

Pernikahan adalah hal manis yang sering membuat saya baper tengah malam, sembari melihat postingan beberapa kawan telah mulus mangkat ke pelaminan. Betapa saya, demi tuhan, juga ingin anggun dibalut kebaya ala jogja puteri berwarna putih tulang, dan paes ageng menghias dahi. Duduk bangga bersandingan dengan lelaki yang sampai saat ini masih sangat saya syukuri kehadirannya. Secepatnya!

Namun, kembali lagi. Ternyata cinta saja tidak cukup. Dan pernikahan bukan hanya tentang keinginan selalu bersama dalam satu atap saja. Ia butuh proses dan kesiapan. Kesiapan untuk ikhlas kehilangan kebabasan bertemu kawan, kebebasan membeli pakaian kesukaan, dan kebebasan untuk pergi kemana saja. Apalagi untuk kami berdua, yang tidak dibesarkan dalam ekonomi keluarga serba ada. Kami sepakat untuk memapankan diri masing-masing, dan tidak ingin merepotkan kedua orang tua perihal pernikahan, yang memang tidak murah, dan kehidupan setelah berumah tangga. Hal terbaik yang dapat dilakukan sampai hari ini adalah menjaga kepercayaan masing-masing, sambil terus menyisihkan rupiah. Itulah mengapa cinta dan keinginan saja tidak pernah cukup, setidaknya bagi kami.

lalu,untuk sementara waktu. saya hanya akan ikut berbahagia pada teman yang mulai naik pelaminan satu-persatu :) 
© SEPATAH KATA
Maira Gall