28 Maret 2015

Selamat Ulang Tahun, Dear Me

Pict: Istimewa

22.41 WIB
Mari bercengkrama sebentar, sebelum nyanyian jangkrik diluar sana semakin syahdu merayu kita untuk tidur. Postingan ini memang curhatan, tentang segala perubahan dalam hidup saya. Malam ini, dengan waktu yang tepat dan tanggal yang sama, kiranya dua puluh dua tahun yang lalu, ibu saya sedang berjuang menetaskan saya dengan selamat. Saya bersyukur, sungguh, apalagi setelah melihat video proses melahirkan beberapa waktu yang lalu. 

Apa yang paling saya rindukan di dua puluh dua tahun?

Rumah.

Setidaknya itu yang sanggup menguras air mata saya, malam-malam, dimana saya sering kesulitan memejamkan mata beberapa bulan belakangan. Saya banyak dipermainkan hal yang tidak diduga-duga belakangan ini. Kelahiran adik baru, kepergian eyang, rutinitas, dan perpindahan. Waktu barangkali gagal membuat saya mampu beradaptasi dengan keadaan. Dimana saya sebenarnya bukan orang yang susah untuk cepat beradaptasi dengan keadaan. Kali ini waktu gagal membiasakan saya. 

Tak ada yang lebih berat dari perpindahan yang dipaksakan. Dulu, saya sering heran mendengar cerita teman baik yang mengalami homesick banyak kali di kota perantauannya. Sampai saya merasakannya sendiri. Dimana saya harus mengemasi pakaian, buku, dan barang-barang dari kamar saya sendiri untuk kemudian pindah ke tempat yang tidak saya sukai. Saya terbangun di malam hari dan mendapati tidur di kamar yang bukan milik saya, bahkan pajangan dindingnya pun potret yang bukan diri saya. Dengan aturan rumah yang berbeda. Saya juga harus masak terlebih dahulu jika lapar, dan browsing resep masakan jika mulai bosan dengan menu yang itu-itu saja. Saya harus bangun lebih pagi, ya karna saya harus menyelesaikan urusan rumah terlebih dahulu sebelum pergi ke kampus. Saya membayar rekening listrik dan telefon setiap awal bulan. Dan saya pun tumbuh menjadi manusia yang sensitif, karena tidak dapat menerima keadaan yang sekarang. Dan saya rindu rumah.

Saya merindukan dimana semua anggota rumah membincangkan tetangga kanan-kiri. Suara bising televisi yang hidup hampir 24 jam. Saya merindukan makan diruang tamu. Kasur di kamar saya, ibu, bapak, adik saya yang sudah semakin tinggi, dan hidup saya yang dulu. Betapa menggelikannya, saya merindukan pula omelan kedua orang tua saya, biasanya karna bangun kesiangan atau pulang kemalaman. 

Sekiranya sudah satu tahun saya bergulat dengan diri saya sendiri. Bahwa otak saya memerintahkan untuk menerima tapi hati saya masih tertinggal pada keindahan masa lalu. Saya seolah keimpungan, dimana saya merasa asing di tempat yang baru ini, dan merasa asing pula di rumah saya sendiri saat saya mencoba pulang sesekali. Dan ketidakterimaan saya selalu memberontak di malam-malam seperti ini.

Dua puluh dua tahun bukan lagi perkara kado, ucapan, dan pelukan dari orang-orang tersayang. Tapi perkara menerima, menerima keadaan. Suka atau tidak suka. Selamat ulang tahun, diri saya sendiri.  

Jember, 28 Maret 2015

1 komentar

  1. happy birthday, esterina.

    masalah memang menjengkelkan. namun, jika tidak ada mereka kamu akan merasa gamang dan terlalu tenang. tenang saja, mereka akan membuat kamu menjadi lebih dewasa dan mandiri. jadi nikmati saja, bahkan dimana kamu merasa sedih, menangis, serta jengkel dengan keadaan. bukankah hal itu lebih menarik daripada hanya hidup datar dengan rutinitas itu-itu saja?

    selamat ulang tahun ya, semoga selalu dalam lindungan-Nya. kepp smile and be cheerful. :)

    BalasHapus

© SEPATAH KATA
Maira Gall