30 Maret 2014

Review: Vita Brevis - Jostein Gaarder


"Hidup ini singkat, Floria.."


Sebuah manuskrip surat Floria (Codex Floriae) tak sengaja ditemukan di Buenos Aires di sebuah book fair pada tahun 1995. Codex Floriae merupakan sebuah pengakuan balik Floria yang merupakan mantan kekasih Aurelius Agustinus, Uskup Hippo, yang merupakan seorang teolog dan Bapak Gereja di pertengahan abad ke-4. Sebuah surat yang dapat merubah pandangan kita mengenaik kebenaran dari Floria, Agustinus, dan Monica (ibu Agustinus).

" Jika orang - orang bodoh ingin menghindar dari perbuatan yang salah, mereka biasanya malah melakukan hal yang sebaliknya"

Codex Floriae berisi gugatan Floria atas tulisan Agustinus dalam Confessions. Sebagai perempuan dia geram karena telah dipisahkan dengan anak kandungnya, Adeodatus. Dan harus mengalami hidup di pengasingan karena ulah ibu mertuanya sendiri. Pilunya semakin menjadi ketika Floria mendengar kabar bahwa buah cintanya telah menemui ajalnya di usia yang masih muda.

Namun lebih lanjut Floria menyatakan ketaksetujuannya dengan pandangan Agustinus mengenai perempuan di dunia ini. Agustinus menganggup Floria (yang dalam hal ini berarti seluruh wanita) sebagai seorang penggoda, dan penyebab dosa. Hubungan yang telah dijalaninya selama bertahun - tahun hanya dianggap sebagai sebagai kungkungan nafsu yang menyebabkan dirinya dipenuhi dosa. Adeodatus merupakan buah hubungan dosanya yang harus dibawanya sampai mati, dan dibutuhkan sebuah Pengendalian Diri untuk kembali suci.

Dari apa yang dituturkan dalam novel ini, Saya menilai Agustinus sebagai seorang fanatik religius. Dia memandang Tuhan sebagai suatu zat yang sangat saklek atau kaku. Baginya pengalaman inderawi merupakan awal dari sebuah dosa. Cinta merupakan sebuah jebakan di hari pembalasan, dan alam merupakan rayuan semesta alam. Jadi benar saja jika Floria mengatakan Agustinus sedang berusaha mengebiri dirinya sendiri. Sedangkan Floria, dia mengenal Tuhan dengan cinta. Tuhan yang dikenalnya membiarkan dirinya menikmati keindahan alam dan memfungsikan seluruh indera yang dimilikinya dengan maksimal.

Novel ini sarat akan gagasan filosofis, perbedaan keyakinan dengan rasionalisasi masing - masing pihak. Novel yang awalnya saya anggap hanya cerita fiksi belaka ini memiliki 'kebenaran' sendiri yang asik untuk dibuat diskusi. Selamat membaca :)





Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall