23 September 2016

Ya, Begini Saja

Banyak hal yang berubah, perubahan disengaja tentunya, semenjak memasuki usia kepala dua. Tepatnya sejak menginjak usia 21 tahun. Hidup lebih banyak perkara.."yasudahlah" ketimbang makan hati setiap saat. Mengurangi beban pikiran dengan lebih banyak merelakan. Hidup bukan lagi perkara siapa juara dan siapa si pecundang. Bukan lagi.
Saya mulai mengurai beban yang terpikul entah sejak usia berapa. Menimbang dan menyeleksi mana si prioritas dan mana si sampingan. Hidup bukan lagi perkara cinta menggebu dalam kencan malam minggu. Atau, cinta adalah ketika kamu tau siapa lawan bicara akrab kekasihmu. Cinta bukan lagi cemburu buta kepada setiap kontak lawan jenis di handphone-nya. Di umur dua puluhan ini, cinta ya.. begini saja. Menghabiskan waktu di tempat kerja atau rumah masing-masing, sambil sesekali bertukar sticker line dan menanyakan kabar. Lalu tertidur hingga denting ritme kerja dimulai. Yang terpenting adalah saya dan kamu, saat ini mempersiapkan sepetak hari tua bersama.
Kemudian, bahagia bukan lagi dihabiskan dengan berjam-jam karaoke, atau obrolan penuh gosip di meja cafe. Atau, pergi ke foto studio,lengkap dengan dresscode dan jadwal main bersama. Bahagia menjadi sangat sederhana, menyapa tetangga sepanjang gang misalnya. Atau, memasuki lingkungan baru, berkenalan dengan orang-orang yang baru. Atau santai saja di rumah, seharian.
Lalu, memaafkan. Di usia saat ini, saya menjadi seorang pemaaf. Terutama untuk diri saya sendiri. Saya banyak memaafkan diri sendiri untuk hal-hal yang tidak mengenakkan hati. Tentang pilihan yang salah, tentang takdir Tuhan yang ternyata membingungkan hati saya, tentang salah pilih dosen pembimbing, tentang sangkalan yang tidak mampu saya ucapkan, tentang semua hal yang menurut saya tidak adil tentunya bagi saya. Saya mulai memaafkan diri sendiri, untuk hal-hal yang tidak saya sukai tapi harus saya jalani.
Dua puluhan ya..begini saja. 

© SEPATAH KATA
Maira Gall