2 Agustus 2013

Buber Sama Mbah

Ini hari ke-24 di bulan ramadhan. Bulan - bulan yang sesak akan jadwal buka bersama, ya dengan teman tentu saja. Wajar, diusia seperti saya ini kegiatan buka bersama teman seakan prioritas utama dan memang saya amini.

Tapi beberapa hari kemarin saya tekadkan untuk buka puasa di rumah nenek. Ya, rumah ibu dari ayah saya, yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari rumah saya. Yang selama ini jarang sekali saya tengok, walaupun rumahnya dekat. Padahal semestinya, semakin bertambahnya usia saya mestinya saya semakin dekat dengan mereka. Meluangkan waktu barang sedikit. Tapi tidak saya lakukan juga.

Kakek saya -yang sudah lama nggak saya tengok- usianya sudah 70 tahun lebih. Alhamdulillah masih sehat, walau langkah kakinya tak setegas dulu. Walau pendengarannya tak setajam dulu dan lebih banyak diam. Giginya mulai keropos, saya baru tau waktu beliau tertawa saat makan karena giginya ikut terkunyah. 
Saya masih ingat dimana kakek saya ini suka sekali menceritakan masa - masa kejayaannya dulu. Saya bisa duduk berjam - jam menyimak cerita tentang ayahnya dijaman jepang, cerita sekolahnya, pekerjaannya, anak - anaknya. Apalagi menceritakan masa kecil ayah saya. Cerita yang kerab kali diulang, dan saya selalu antusias.

Nenek saya pun semakin tua, tanpa gigi. Gerakannya melambat dan masih kekeuh tidak mengijinkan saya memegang pisau di dapur. Seorang wanita dengan 5 orang anak, yang super sabar dan sangat keibuan. Yang suka cerewet kalau tangan saya mulai menggaruk - garuk kulit yang gatal, "jangan digaruk, nanti mbekas" dan sayapun tetep garuk - garuk. 

Saya tidak tau ditahun depan bakal seperti apa, yang pasti saya amat bersyukur hari ini, masih diberi kesempatan makan dalam satu ruangan, satu meja, lengkap. I'm a happy grandchild  :)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall