4 Januari 2014

Teman Lama

Entahlah kenapa aku harus menuliskan sosoknya saat ini.

Aku mengenal sosok laki-laki dibangku sekolah. Sosok yang bisa dibilang sedikit aneh, diusianya saat itu. Label itu melekat dikarenakan dia seorang laki-laki yang pada saat itu telah mencintai sastra. Ya, dia sangat menikmati sastra diusianya bangku sekolahnya dulu. Lalu apa salahnya? Dia hanya akan menghabiskan waktu luang disekolah di dalam perpustakaan, atau menulis puisi di kelas, bahkan dia pernah menulis puisi sewaktu ujian. Dia yang selalu muluk - muluk menceritakan kekaguman pada beberapa tokoh, blablablabla... 

Beberapa tahun berjalan, aku menyadari. Dia bukan aneh, terobesi atau apalah namanya. Dia hanya seorang laki-laki biasa yang mengenal sastra lebih dulu, kemudian mencintainya. Dia membaca buku - buku politik, sosiologi dan lain-lain lebih dulu daripada kami, yang waktu itu hanya sibuk dengan urusan cinta monyet. Dia mengenal beberapa sastrawan lebih dulu, aku bisa tau dari caranya bercerita tentang buku - buku pram dan sujiwo tejo. 

Dia bukan orang aneh. Dia seorang penggagas. Berani berjalan selangkah atau bahkan dua langkah lebih cepat dari teman - teman sebayanya. Dia perpikiran lebih luas dari kami yang hanya anak ingusan. Dan aku bangga menjadi orang yang pernah dengan senang hati disuguhi hasil - hasil karyanya. Dan bersyukur dia mengenalkanku pada dunia yang baru, lewat beberapa buku yang dengan semangat dia rekomendasikan waktu itu. Dan aku ikut jatuh pada lubang yang sama, dengan senang hati.

Dan aku dengar dia sekarang seorang aktivis di kota tempatnya menuntut ilmu. Ah satu lagi, beberapa minggu lalu dia bilang akan menikah. 

Just wanna say big thanks to you :)

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© SEPATAH KATA
Maira Gall