Bukannya mau membahas komitmen untuk buka usaha atau bikin kontrak resmi ya. Cuma lagi keinget sama celetukan teman dekat saya. Saya luruskan dulu, saya akan menulis komitmen dalam konteks hati. Sekian.
Ahh iya, komitmen.
Komitmen ? Apa itu komitmen ?
Kalau kata KBBI, komitmen itu perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau kontrak. Komitmen itu berdefinisi seperti itu. Ngeri kan, dari kata itu akan muncul sebuah akibat yang mengikat kita. Mmmm..
"Kalo jadian takut ada yang berubah"
"Apa kira - kira ?"
"Mungkin gak bakal se-degdegan pas sebelum jadian"
"Kamu, kira - kira kapan mau nyoba komitmen?"
"...."
Obrolan antara dua orang sahabat pada suatu malam yang insomnia. Pada malam dimana seluruh curahan hati meluber lewat sentuhan - sentuhan jemari di layar handphone yang terkumpul dalam wadah ajaib bernama : Line.
Saya, diumur yang sudah menapaki usia dua ini, cukup sering mendapat pertanyaan masalah pacar-cowok-pasangan dan sejenisnya. Bahkan dari pihak keluarga mulai usil menanyakan hal - hal seperti ini. Klasik memang. Sempat kepikiran kalau orang - orang ini kepo banget apa emang lagi kurang kerjaan banget sampai - sampai repot memikirkan hal - hal yang sebenarnya tidak penting ini. Sampai akhirnya saya bawa - bawa juga ke blog.
Hmm... masalah berkomitmen hati. Saya perlu memikirkan kata itu matang - matang. Bagaimana bisa saya melepaskan hal - hal menyenangkan yang tengah saya jalanin saat ini. Menikmati sebuah kebebasan karna saya tidak perlu repot - repot memikirkan perasaan pasangan saya. Bebas bergaul dengan siapa saja, kapan saja saya mau. Sebut saja saya egois. Toh masa muda saya cuma saya jalani sekali dan saya ingin memaksimalkan kebahagian yang klise ini, agar nanti setelah tiba waktunya ada seseorang di luar sana yang datang menjemput saya di depan rumah, saya sudah siap melingkarkan tangan saya dipinggangnya tanpa merasa "ah..saya sudah terikat, saya butuh kebebasan.."
Tidak ada komentar
Posting Komentar